Wednesday, January 2, 2013

Kehadiran MAHASISWA Ditengah Jurang kehancuran NEGARA


Mahasiswa sebagai insane akademis, pencipta serta pengabdi masyarakat yang tentunya merupakan asset besar Negara dimasa depan pada era sekarang sepertinya telah kehilangan arah gerakan khusunya dalam menentukan orientasi sebagaimana hakikat yang seharusnya.
Hal ini sebenarnya bila kita teliti lebih jauh, mahasiswa di era sekarang sudah mulai melupakan tugas dan fungsinya. Belum lagi sibuknya serta kepadatan aktifitas akademik dimana hal ini selalu dijadikan alasan yang paling utama sehingga banyak hal penting yang juga harus menjadi prioritas lantas ditelantarkan.
Berbagai bentuk program perkaderan yang ada saat ini juga cenderung menilai perkaderan sebagai ajang formil yang perlu dilakukan sehingga penyampaian hal-hal yang bersifat idiologis serta hal yang bersifat lebih prinsip pun kemudian dilupakan.
Ketika mahasiswa dihadapkan pada suatu realitas, maka mahasiswa cenderung reaksioner tanpa mempertimbangkan berbagai aspek yang sebenarnya terlebih dahulu diutamakan.
Sikap pragmatis yang terus menerus menghinggapi perilaku mahasiswa masa kini juga terbukti bagaimana mahasiswa dalam hal ini belum bisa meletakkan posisinya pada hal yang ideal.
Personality mahasiswa di era sekarang juga masih jauh dari kemandirian dan kedewasaan dan terus semakin larut dengan masuknya berbagi bentuk budaya barat. Hal ini tentunya akan menjadi batu sandungan ketika mahasiswa dibenturkan dengan berbagai budaya tersebut, sehingga semangat dan jiwa nasionalisme mahasiswa sebagai pemuda bangsa semakin hari semakin terkikis.
Bebasnya bentuk pergaulan, tingginya angka penderita kecanduan akibat pemakian narkoba, merupakan berbagai indicator yang menyebabkan turunya kualitas kemandirian yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran bagi pribadinya dan individunya masing-masing.
Maka sebenarnya bagaimana kehidupan dan aktifitas apa yang sebenarnya perlu dilakukan oleh para mahasiswa sehingga mahasiswa kembali kepada jalur dan koridor ideal sesuai dengan tugas, fungsi serta peranannya mengingat mahasiswa adalah insane akdemis yang merupakan abdi masyarakat dan Negara serta agamanya dan tidak boleh dilupakan bahwa mahasiswa adalah asset bangsa di kemudian hari????????
Kampus yang hari ini dikatakan sebagai salah satu wadah yang mencetak asset ataupun generasi penerus bangsa dan kampus dikenal sebagai lembaga akademik yang juga berperan dalam mencetak berbagai tenaga ahli serta orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat dilingkungannya, sekarang sudah jauh dari makna yang ada.
Mahasiswa hari ini sebenarnya harus kembali disadarkan akan berbagai peran dan fungsinya. Salah satu yang harus dipahami bahwa mahasiswa adalah pusat dinamisasi gerakan suatu Negara. Hal lain yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan dan control sosial dimana mahasiswa memiliki kemampuan dengan kemampuan intelektual, berpikir cerdas, serta sigap dalam berbagai kondisi memang seharusnya diharapkan untuk dapat memberikan perubahan yang signifikan paling tidak pada lingkungan kampus dan lingkungan yang berada didekatnya.
Mahasiswa hari ini harus mampu menentukan orientasinya kedepan dengan berbagai pertimbangan tentunya serta mampu menyusun segala prioritas didalam setiap tindakan sehingga target serta visi yang diahrapkan dapat tercapai sesuai harapan. Hal ini tentunya bias dilakukan dengan tanpa mengesampingkan pola yang dilakukan juga sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada falsafah Negara Indonesia.
Berbagai bentuk gerakan yang harus dilakukan oleh mahasiswa masa kini juga harus kembali pada hakikatnya yang mana ketika hari ini mahasiswa melakukan satu movement maka gerakan ini harus gerakan idiologis

MAHASISWA SEBAGAI GENERASI PERUBAHAN


Sedikit pandangan dari sudut yang berbeda. Orang bilang, mahasiswa adalah agen perubahan, atau mungkin lebih sering kita dengar “Agent of Change”. Setujukah..?
Saya sendiri sebagai seorang mahasiswa merasa ada yang janggal dengan predikat itu. Menurut saya pribadi, agen perubahan bukan hanya ada di pundak-pundak si mahasiswa, tetapi di setiap insan yang mengaku mencintai, ingin membela dan ingin membangun ibu pertiwi ini.
Mungkin “Agen Perubahan” yang dipercayakan kepada mahasiswa bukan hanya sebuah predikat semata, melainkan ada harapan besar yang tersimpan didalamnya. Harapan untuk perubahan negeri yang semakin “tak terarah” ini. iya, tak terarah. Ini terlihat dari konstitusi yang semakin “dijauhi” oleh para pengayom negeri.
Kembali pada persoalan mahasiswa sebagai agen perubahan, ± 104 tahun yang lalu Indonesia menjadikan salah satu tanggal, yaitu tanggal 20 di bulan Mei kemarin sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bangkit, dalam konteks ini merupakan sebuah kata sederhana yang begitu diharapkan pada negeri bernama Indonesia ini. sedangkan perubahan, merupakan pengharapan yang diletakkan pada pundak-pundak para muda-mudi Indonesia dengan ’title’ mahasiswa. Ada sinkronisasi rupanya disini.
Mahasiswa mungkin tak banyak menyadari bahwa mereka menjadi tumpuan ‘kebangkitan’ yang diharapkan negeri ini. terbukti perubahan yang mereka ciptakan tak hanya memiliki satu sisi saja, positif. Ada sisi lain yang terlihat lebih banyak ‘menggoda’ mahasiswa untuk disinggahi. Berdasarkan tinjauan saya, mahasiswa lebih dikenal sebagai ‘penyuara’. Ya, penyuara isi-isi kepala mereka. saya pribadi sebagai mahasiswa memandang ini sebagai kewajaran selama yang disuarakan adalah pembelaan terhadap yang benar, mungkin ini sebuah sikap antisipatif terhadap ke’dzalim’an stadium lanjut. Namun masih saja ada oknum-oknum yang berlebihan dalam menyuarakan sikap antisipatif mereka. Antisipatif tak harus anarkis kan..? saya sendiri sebagai seorang mahasiswa merasa resah dengan teori anarkisme yang dilambungkan atas nama mahasiswa. Mengapa harus anarkisme..?
Membaca tulisan diatas mungkin menimbulkan banyak tanya dalam benak Anda sebagai pembaca, terutama jika Anda mahasiswa. “Ya karena memang selama ini suara kami jarang didengar, atau bahkan tidak pernah, maka dari itu kami berbuat anarkis”. Itu mungkin satu klise alasan seorang mahasiswa menjawab pertanyaan saya diatas. Lalu bagaimana dengan realita..? bayangkan jika Anda pergi ke suatu tempat, dan akses yang Anda lalui untuk ke tempat tersebut terhalang oleh aksi unjuk rasa yang digelar oleh demonstran. Tak lama, sebagian dari Anda mungkin berfikir,“mahasiswa mana tuh yang demo..?”. Disini terlihat bahwa demo/unjuk rasa identik dengan keberadaan mahasiswa di dalamnya. Inikah image yang diharapkan dari seorang agen perubahan…?
Lantas bagaimana..? tidak semua kok mahasiswa anarkis..? banyak juga mahasiswa yang memang ‘lurus-lurus saja’, membawa perubahan untuk negeri ini, jangan hanya dilihat negatifnya, coba lihat positifnya..
Kalimat seperti diatas mungkin juga serupa dengan apa yang ada di benak Anda, para pembaca. Memang benar, banyak mahasiswa yang telah sukses ‘memenuhi janjinya’ sebagai agen perubahan. Tak sedikit dari mereka yang telah memajukan roda perekonomian dengan inovasi-inovasi yang mereka hadirkan. Siapapun bangga atas prestasi tersebut. Namun, inilah sesungguhnya masalahnya. Mahasiswa-mahasiswa yang seperti ini layaknya mutiara yang tertimbun, dan makin tertimbun oleh gerusan modernisasi. Kemana mereka..? seperti yang saya katakan tadi, banyak yang tak menyadari bahwa mereka dipercayakan sebagai agen perubahan dan ‘katrol pembangkit’ negeri ini.
Jumlah mahasiswa yang “lurus-lurus saja” lebih sedikit, sehingga kurang terlihat jika dibandingkan dengan mereka -mahasiswa yang anarkis. Tugas kita adalah menjadi bagian dari yang sedikit itu, walaupun menjadi mahasiswa yang “lurus-lurus saja” tidaklah mudah.
Marilah kita mahasiswa – mahasiswi Indonesia, mari kita capai predikat “The Real Agent of Change”, perubahan ada di tangan kita para pemikir-pemikir muda. Kita tidak hanya membuat orang tua atau kerabat bangga, tapi semuanya. Ya, semuanya. Mari majukan negeri yang masih memiliki harapan untuk bangkit ini. betul, negeri ini masih bisa bangkit.
Mungkin ini hanya sekedar tulisan, yang bisa saja hanya sekedar “lewat” di mata dan pikiran pembaca. Ini mungkin hanya sebuah kontribusi kecil yang bisa  saya sumbangkan melalui pemikiran saya, semoga kontribusi kecil ini bisa ikut menggerakkan nurani para mahasiswa/i untuk negeri yang sama-sama kita cintai ini.

Mahasiswa (Agent of Change dan Agent of Control)



Mahasiswa sebagai salah satu bagian dari masyarakat. Hal ini mengharuskan mahasiswa harus bisa masuk berpartisipasi dan mengembangkan ilmunya ke masyarakat dan lingkungannya. Mahasiswa diharapkan sebagai pencetus ide sekaligus eksekutor dari idenya, yang kemudian akan berpengaruh pada perubahan budaya, keadaan, atau sistem.

Perubahan bisa terjadi pada segala segi termasuk pola pikir dan pola prilaku. Mahasiswa dalam posisi agent of change dituntut untuk mengimplikasikan segala macam sikap, perilaku, dan pikirannya dalam sebuah bentuk konkrit bukan sesuatu yang abstrak. Menuangkan ide-ide kreatif untuk bisa dimanfaatkan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Apa yang perlu diperbaiki dari yang sudah ada, atau melakukan perubahan yang bisa lebih bermanfaat bagi umat.

Sedangkan sebagai agent of control, Mahasiswa harus dapat menjadi pengawas dari segala apa yang terjadi di sekitar kita. Sebagai mahasiswa juga harus mengetahui bagaimana mestinya, jika sesuatu tidak berjalan semestinya maka fungsi sebagai agent of change terus dijalankan.Namun dalam penerapan fungsi agent of change kita harus memiliki dasar yang kuat untuk melakukan perubahan.

Semangat bagi para mahasiswa sebagai penerus bangsa yang mulia. Merdeka!!!!!